From 7 to 27

Kadang, yang kita butuhkan adalah satu keputusan spontan tanpa banyak pertimbangan. Just do it, and think about it later. Keputusan spontan juga yang membawa saya sampai ke Korea Selatan, dua bulan lalu. Waktu denger ada temen kantor yang udah ngegeng mau liburan ke Korea, saya langsung memberanikan diri ijin nebeng, lalu langsung beli tiket. Gitu aja, ga pake mikir lagi.. Baru lah setelah tiket dibeli, mulai pusing mikir apply visa, hunting jaket (yang akhirnya minjem temen), sampe printilan semacam browsing skincare yang mumpuni untuk survive di cuaca dingin dan kering di Seoul nanti. Trust me, you don’t want to travel with ugly cracked facial skin.

Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk share tentang lokasi-lokasi wisata mana aja yang saya kunjungi selama di Korea, betapa cantiknya objek wisata itu, gimana cara ke sana, and so on. We have lots of travel books written for that. Instead, saya ingin berbagi tentang hal-hal kecil yang sederhana, tapi memorable buat saya.

Jatu 160530e.jpg

ilustrasi – sumber:pexels.com

Continue reading

MENGUKUR NILAI MANUSIA

gambar dari thenextweb.com

Mengukur nilai manusia. Bukan, tulisan ini bukan mau bicara panjang lebar tentang akhlak atau hal-hal agamis lainnya. Stop berprasangka. Tulisan ini lebih berkaitan dengan kasih skripsi tak sampai saya semasa kuliah dulu, sebagai mahasiswa sebuah fakultas ekonomi jurusan akuntansi. Sebuah jurusan yang menjanjikan kebotakan karena pusing menghitung harta yang bukan miliknya dan tak pernah dilihat wujudnya.

Continue reading

Decoding Hangeul

King Sejong. (taken from Google Images)

Yes, hangeul. Hangeul, alfabet Korea yang hanya terlihat sebagai kode berbentuk bulatan dan garis-garis ketika saya belum mempelajarinya. Hangeul sendiri dirumuskan oleh Raja Sejong—The Great King Sejong, people called him—yang patungnya dengan pose duduk di singgasananya sering sekali terlihat kalau menonton drama atau acara televisi Korea yang menggambil setting di Gwanghwamun Square. Raja Sejong membuat Hangeul karena ia memandang bahwa karakter huruf Tiongkok terlalu sulit untuk dipelajari oleh rakyat biasa. Di jaman dulu, cuma para bangsawan, dan umumnya laki-laki yang bisa membaca dan menulis dalam huruf Tiongkok dengan lancar. Konon katanya, mayoritas penduduk Korea masih buta huruf sebelum Hangeul diciptakan.

Continue reading